Kenapa Pelatih Top Dunia Kini Hindari Formasi 4-3-3? Ini Alasannya!

Formasi 4-3-3 dulu dianggap sebagai raja taktik di dunia sepak bola modern. Banyak tim besar Eropa mengandalkan pola ini untuk mendominasi lini tengah dan memanfaatkan sayap cepat.
Evolusi Formasi 4-3-3
Strategi 4-3-3 awalnya digunakan lantaran menyediakan komposisi pada belakang dan serangan. Kesebelasan benua-biru menerapkan formasi ini untuk menguasai zona midfield juga mengoptimalkan sayap cepat ketika pertandingan sepak bola.
Kelemahan Sistem 4-3-3 Masa Kini
Walaupun terkenal, sistem 4-3-3 menyimpan kelemahan yang-khas. Para pelatih top mengaku kalau susunan defensif gampang terbuka saat menghadapi kesebelasan yang-memakai serangan balik mematikan. Bahkan aspek-tersebut, peran midfielder bertambah karena wajib menutup dua sayap dalam-waktu-bersamaan.
Adaptasi Pelatih Dunia
Pendekatan dalam lapangan hijau selalu berubah. Juru-taktik top-level kini semakin gemar menggunakan pola 5-3-2 atau alternatif lain yang-bisa menghadirkan keluwesan tambahan pada lini-belakang dan ofensif. Sistem kekinian membiarkan kesebelasan melakukan-switch dengan agile antara tahan-serangan ke menyerang tanpa melepas komposisi.
Konsekuensi Untuk Tim
Perubahan formasi ini tentu menyentuh pada skuad. Pemain-belakang wajib makin strategis juga pemain-tengah harus-bisa kokoh dari-segi fisik. Pada laga sepak bola, fungsi bek-sayap berubah-jadi kunci karena wajib mengawal dua area bersamaan.
Kesimpulan
Formasi klasik 4-3-3 barangkali sudah-tak efektif favorit di pertandingan sepak bola kekinian. Sebagian pelatih kelas-atas lebih memilih variasi taktik dibanding tetap pada sistem lama klasik.






